Powered by Blogger.
RSS

Berkarie Di Musik Penuh Resiko


Sadarkah kita apa yang telah kita investasikan selama belajar gitar dan bermusik?
1. Waktu. Jika dalam sehari kita belajar gitar minimal tiga jam maka dalam kurun waktu 10 tahun kita menghabiskan waktu 10.800 jam. Belum lagi waktu untuk latihan band, waktu untuk pentas, waktu untuk recording, waktu untuk rapat, waktu untuk mecari informasi, waktu untuk berkumpul dengan komusitas, waktu untuk bermimpi hingga tidak bisa tidur, dll. Bayangkan berapa jam waktu yang telah kita korbankan demi musik dan gitar?
2. Uang. Berapa banyak uang yang telah kita keluarkan untuk gitar dan musik? Berapa uang yang telah kita keluarkan untuk membeli gitar, membeli efek, amplie, computer, ipod, kaset, cd, sewa studio, recording, baju, celana, sepatu, asesoris kostum, ke salon, bensin, kuliah musik, nyewa guru les, dll?
Pengorbanan yang kita lakukan memang sungguh besar. Ini merupakan investasi yang luar biasa berani. Kita tidak menyadarinya. Kita melakukannya dengan suka cita sehingga tidak sadar bahwa kita telah melakukan banyak pengorbanan. Waktu, uang, pujian, hinaan, bahkan kadangkala sampai memburuknya hubungan persahabatan akibat beda visi atau berbagai macam sebab lainnya baik itu dari teman sesama band atau dengan orang lain.
Jika orientasi kita ingin memiliki band sesukses Dewa19, SO7 coba bayangkan semua pengorbanan yang telah kita kerjakan ketika ternyata demo yang telah kita buat tidak satupun diterima produser?
Apa yang telah kita lakukan? Bermain dengan api? Mungkin. Apakah semenakutkan itu? Bisa jadi, karena, ironisnya hanya segelintir saja yang berhasil. Semua waktu dan uang yang telah kita investasikan lenyap saat gagal, atau berhenti di tengah jalan.
Kenyataannya banyak orang beresiko kelaparan bahkan sudah mengalami kelaparan di musik meskipun tentu saja ada yang telah sukses luar biasa, dan hanya orang-orang yang telah sukses seperti ini yang bisa menjadi inspirasi buat mereka yang masih berjuang di bawah.
Ini adalah sebuah gambaran yang menakutkan jika kita memilih karir di musik. Kita harus mengetahui kenyataan berkarir di musik tidak semudah seperti yang orang banyak pikirkan (mungkin?). Jangan kita melihat kesuksesan dari apa yang sudah terekspos. Perjuangan untuk sampai di puncak yang tidak terekspos media perlu di jadikan acuan dan pelajaran berharga bagi kita yang baru memulainya. Setiap band sukses memiliki proses dan perjuangan yang panjang.
Mungkin ada yang beruntung bisa langsung nge-hit tanpa perjuangan yang signifikan. Adakah? Mungkin ada. Tapi kita tidak pernah tahu apa yang mereka lakukan ketika berada diatas. Semakin sukses maka semakin besar perjuangan agar tetap eksis dan karyanya diterima masyarakat. Setiap band pasti tidak ingin hanya nge-boom di album perdananya saja bukan? Mereka yang sudah diatas tentu tetap berjuang. Mungkin mereka yang sudah nge-boom juga di bayangi ketakutan dan bertanya bagaimana jika album mereka selanjutnya anjlok, atau mungkin beberapa sebab lainnya yang membuat karir mereka berakhir. Kita semua dalam proses perjuangan baik yang sudah diatas maupun yang belum jadi apa-apa.
Berkarir di musik memang penuh dengan liku-liku. Namun ini berlaku tidak hanya di musik saja. Setiap pilihan dan keputusan pasti mengandung resiko. Jika kita melihat hanya dalam konteks yang menakutkan maka sebaiknya kita bersiap untuk mengundurkan diri. Kita perlu mengaitkan kenikmatan dan kesuksesan yang besar dalam bermusik, lebih besar dari pada kepedihan selama proses yang penuh liku-liku dan mendebarkan.
Yang terakhir, kita perlu bertanya pada diri sendiri apakah memang musik yang benar-benar kita inginkan?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment